CARA BERPIKIR SEJARAH

C. Cara Berpikir Sejarah

1. Periodisasi dan Kronologi sejarah

a.     Periodisasi Sejarah
            Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya. Dalam rentang waktu itulah, sejarah melewati ratusan bahakan ribuan tahun dengan melibatkan perubahan dalam kehidupan manusia yang sangat banyak. Mengkaji semua peristiwa sejarah yang luas dan panjang secara rinci sangatlah susah. Untuk itulah, digunakan pemisahan yang biasanya didasarkan pada momentum tertentu.
            Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk adanya karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dengan kurun waktu lainnya. Hal itulah yang dinamakan dengan periodisasi sejarah. Contoh periodisasi sejarah dalam masyarakat tradisional biasanya didasarkan pada kurun waktu kekuasaan raja.
            Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa zaman, yaitu:
1.     Prasejarah (zaman batu dan zaman logam)
2.     Masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India
3.     Masuk berkembangnya Islam
4.     Zaman kolonial
5.     Zaman pendudukan Jepang
6.     Revolusi kemerdekaan
7.     Masa Orde Lama
8.     Masa Orde Baru
9.     Masa Reformasi

            Tujuan dibuatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok


b.   Kronologi Sejarah
            Begitu kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap kurun waktu, maka peristiwa tersebut terlebih dahulu harus dikelompokkan berdasarkan bentuk atau jenis tertentu (periodisasi). Setelah itu, barulah disusun secara kronologis (berdasarkan urutan waktu kejadian).
            Tujuan dibuatnya kronologi dalam sejarah adalah agar penyusunan berbagai peristiwa sejarah dalam periodisasi tertentu tidak tumpang tindih atau rancau dengan metode lainnya. Kronologi sejarah berarti sesuai dengan urutan waktu kejadian dari peristiwa sejarah tersebut sehinnga tidak berlangsung secara loncat-loncat. Walaupun demikian, susunan kejadian berdasarkan urutan waktu tersebut harus tetap berkesinambunagan dan menunjukan kausalitas (sebab-akibat). Penyusunan peristiwa berdasarkan urutan  waktu tanpa adnaya hubungan sebab-akibat dinamakan kronik, bukan sebagai sejarah.


2. Jenis-Jenis Sejarah
Berdasarkan  subjeknya, yaitu :
a.     Sejarah konvesional (sejarah lama/old history)
b.     Sejarah baru (new history)
            Dalam sejarah konvesional, subjek yang menjadi kajian adalah kisah perkembangan kerajaan, negara, pemimpin, raja(kaisar), para tokoh penting, dan aspek politik yang disajikan secara kronologis. Dengan demikaian sejarah konvesional lebih mengutamakan unsur kejadian, peristiwa, kisah, serta urutan kejadian.
            Dalam sejarah baru, subjek yang menjadi kajian lebih luas meliputi berbagai golongan masyarakat (di luar istana dan birokarsi pemerintahan).




3. Guna Sejarah

A.  Guna Sejarah sebagai Pelajaran
            Melalui belajar dari sejarah, manusia dapat mengembangkan potensinya. Sebagai contoh, salah satu kesalahan bangsa Indonesia pada masa lampau ialah adanya berbagai kemajemukan yang mudah sekali dimanfaatkan dan diadu domba dengan politik ''devide et impera'' oleh bansa Barat. Dengan demikian, mengakibatkan bangsa Indonesia menjadi daerah jajahan selama beratus-ratus tahun. Oleh karena itu, generasi sesudahnya setelah belajar dari pengalaman generasi sebelumnya, berusaha untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Kemajemukan bangsa Indonesia kemudian diikat dalam konsep wawasan Nusantara. Hasilnya, kini di wilayah Indonesia hanya ada satu kekuasaan, yaitu kekuasaan Pemerintah RI.

B.   Guna sejarah sebagai Inspiratif
            Berbagai kisah sejarah dapat memberikan inspirasi pada pembaca atau pendengarnya. Sebagai contoh, penyatuan Nusantara di bawah pemerintahan Kerajaan Majapahit memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia saat ini untuk senantiasa bersatu padu menjaga wilayahnya dari ancaman disintegrasi bangsa dan rongrongan serta gangguan dari dalam dan luar negeri. Contoh lain, misalnya seorang anak yg bercita-cita menjadi anggota TNI setelah sebelumnya terinspirasi oleh sosok kepahlawanan Jenderal Sudirman.

C.   Guna sejarah sebagai Rekreatif
            Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui gaya tulisan yang hidup dan komunikatif, beberapa sejarawan mampu menghipnotis pembaca. Pembaca terasa asyik membaca buku tulisannya. Konsekuensi dari rasa dan daya tarik tersebut ialah pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Disini sejarawan dapat menjadi guide bagi orang yang ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau.

D.Bentuk Historiografi Tradisional, kolonial, dan Modern
1.     Bentuk Historiografi Tradisional
            Tradisi sejarah pada masyarakat Indonesia sudah terbentuk sejak masyarakat Nusantara sudah mengenal aksara untuk merekam pengalaman hidupnya maka tradisi tersebut sudah terbentuk yang dapat diketahui dari prasasti (batu bertulis) yang terbesar di beberapa daerah di Nusantara.


                        Tradisi sejarah masyarakat Indonesia berikutnya yang telah mengenal aksara terlihat dari lahirnya beberapa karya sastra berbentuk hikayat, syair, dan suluk. Walaupun karya-karya tersebut memuat ururtan kronologis suatu peristiwa atau kejadian, hasil penulisannya menggambarkan tradisi aksara. Tradisi tersebut terkait dengan kebudayaan Hindu-Buddha dan akulturasi dari keduanya.




2.    Bentuk Historiografi Kolonial
            Pada zaman kolonial tulisan-tulisan yang melukiskan masyarakat dan kebudayaan bangsa Indonesia sebagai bahan kajian sejarah pada umumnya ditulis oleh para pegawai pemerintah jajahan. Pada 1783, W.Marsden seorang kepala pemerintah kolonial Inggris di Bengkulu, pernah menulis sebuah buku yang berjudul The History of Sumatra. Buku tersebut berisi keterangan mengenai kehidupan beberapa suku bangsa di Indonesia, seperti Minangkabau, Melayu, Batak, Rejang, dan Lampung.
            Thomas Stamford Raffles juga menaruh perhatian cukup besar terhadap pola kehidupan penduduk pedesaan di Indonesia, terutama penduduk di Pulau Jawa.
            Bahan-bahan kajian sejarah tersebu umunya memuat keternagan tentang adat istiadat dantradisi budaya suku-suku bangsa disebut etnografi, yaitu ilmu pelukisan bangsa-bangsa.


3.   Bentuk Historiografi Modern
            Bentuk historiogarafi yang berikutnya adalah Historiografi Modern diimplementasiakn dalam historiografi nasioanal. Historiografi Nasional ada sejak abad 20 samapi sekarang. Ciri-ciri Historiografi Nasional adalah mulai munculnya gerakan Indonesianisasi dalam berbagai bidang, sehingga istilah bahasa asing terutama Belanda mulai diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
            Ketiga corak historiografiu tersebut umunya berangkat dari kepentingan legitiminasi dan politis, yaitu pengisahan yang mengarah pada pembenaran terhadap identitas dan jati dirinya sebagai suatu komunitas dan lebih menonjolkan kejayaan dan kebesaran dari struktur kekuaasan yang dominan.
            Ciri-ciri historiografi pada masa kerajaan ialah bersifat etnosentrisme (kedaerahan), rajasentrisme (lingkungab keluarga raja), religi magisme (kepercayaan dan magis).
            Perkembangan historiografi Indonesia mulai memasuki era baru ketiak pada 1913, Husein Djajadiningrat menerbitkan buku hasil disertasinya, yaitu Tinjauan Kritis Sejarah Banten.Buku inilah yang dianngap sebagai historiografi pertam yang dihasilkan bangsa Indonesia.
            Pada awal kemerdekaan, upaya untuk penulisan sejarah dari aspek kepentingan nasioanal mulai dominan. Model sejarah yang sebelimnya Neerlandosentris dirombak menjadi Indonesiasentris.


Komentar

Postingan Populer